Dalam menjalankan fungsi pengendalian pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan di Ekoregion Kalimantan, instrumen/alat utama yang digunakan P3E Kalimantan adalah Daya Dukung dan Daya Tampung (DDDT) sumber daya alam dan lingkungan hidup.  Yang dimaksud dengan Daya Dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antar keduanya.  Daya Dukung lingkungan hidup biasa dibagi menjadi dua yakni: kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity). Kapasitas penyediaan (supportive capacity) adalah kemampuan suatu tempat dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara optimum dalam periode waktu yang panjang.  Adapun kapasitas tampung limbah (assimilative capacity) adalah kemampuan lingkungan untuk menampung/ menyerap zat energi dan atau komponen lain yang masuk atau dimasukan di dalamnya.  Kapasitas tampung limbah inilah yang kemudian disebut sebagai Daya Tampung.

Salah satu dari 20 peta peta daya dukung ekoregion Kalimantan yakni Peta Daya Dukung untuk jasa ekosistem penyediaan sumberdaya genetik

Sebagai sebuah instrumen pengendalian, DDDT diharapkan bisa digunakan dengan mudah sebagaimana kita menggunakan Baku Mutu Air atau Udara.  Pendekatan spasial memberikan kemungkinan untuk membangun instrumen DDDT seperti itu.  Oleh sebab itu, P3E Kalimantan menggunakan pendekatan ini untuk menciptakan produk yang dinamakan Peta Daya Dukung.  Dengan peta ini, dengan mudah dan cepat kita dapat menganalisis, memberikan prakiraan-prakiraan dan mengambil keputusan tentang dampak, risiko bahkan kelayakan suatu rencana, kegiatan, program hingga proyek pembangunan.  Secara mudahnya, kita cukup memproyeksikan/mem-plotting lokasi sebuah rencana atau aktivitas tertentu ke dalam Peta Daya Dukung, lalu berdasarkan posisinya di peta tersebut, kita bisa menyusun sebuah prakiraan tentang dampak dan risikonya sehingga rekomendasi atau keputusan bisa diberikan atau diambil.  Analisis ini dapat dilakukan tentunya karena peta ini dibangun dengan aplikasi GIS sehingga semua prediksi/prakiraan yang dilakukan didukung dengan data dan informasi latar dari peta yang tersimpan dalam data atribut. 

Peta Daya Dukung Ekoregion Kalimantan produk P3E Kalimantan dibuat dengan input Peta Bentuk Lahan (biasa disebut dengan Peta Ekoregion) dan Peta Tutupan Lahan.  Melalui proses penilaian pakar, setiap kategori bentuk lahan dan tutupan lahan diberi skor/nilai yang menunjukkan kemampuannya untuk memberikan atau menyediakan jasa ekosistem tertentu.  Ada 20 jasa ekosistem yang menjadi dasar penilaian tersebut.  Kemudian, melalui proses analisis tumpang susun (overlay operation) dari Peta Bentuk Lahan dan Peta Tutupan Lahan yang setiap kategorinya sudah memiliki skor/nilai, diperolehlah Peta Daya Dukung untuk setiap jenis jasa ekosistem. Karena jasa ekosistem yang dinilai ada 20 jenis, maka ada 20 Peta Daya Dukung yang diperoleh.  Setiap Peta Daya Dukung akan menunjukkan wilayah-wilayah dengan kemampuan penyediaan jasa ekosistem mulai dari kategori sangat rendah, rendah, sedang, tinggi hingga sangat tinggi.  Terakhir, dengan menumpangsusun (overlay) ke dua puluh peta daya dukung jasa ekosistem, diperoleh peta yang akan menunjukkan wilayah-wilayah ekosistem penting di Ekoregion Kalimantan.  Ekosistem penting inilah yang nantinya akan menjadi pertimbangan/argumentasi utama dalam mengendalikan pembangunan di Kalimantan.

Peta Ekosistem Penting Pulau Kalimantan yang merupakan produk gabungan seluruh peta daya dukung jasa ekosistem.

Peta Daya Dukung Ekoregion Kalimantan dibuat berbasis jasa ekosistem.  Jasa ekosistem yang dimaksud di sini adalah manfaat yang diperoleh manusia dari ekosistem.  Manfaat tersebut beranekaragam jenisnya dan dapat dikelompokkan ke dalam 4 kategori yakni jasa penyediaan, jasa pengaturan, jasa budaya dan jasa pendukung.  Jasa penyediaan meliputi: 1) penyediaan pangan, 2) air bersih, 3) bahan bakar dan 4) sumber daya genetik (plasma nutfah).  Jasa pengaturan terdiri atas: 1) pengaturan iklim, 2) pengaturan tata aliran air, 3) pencegahan dan perlindungan dari bencana, 4) pemurnian air, 5) pengolahan dan pemurnian limbah, 6) pengaturan penyerbukan alami, 7) pemeliharaan kualitas udara dan 8) pengendalian hama dan penyakit.  Jasa budaya/kultural mencakup: 1) tempat tinggal dan ruang hidup, 2) rekreasi & ekoturisme dan 3) estetika.  Terakhir, jasa pendukung meliput: 1) pendukung pembentukan lapisan tanah dan pemeliharaan kesuburan, 2) pendukung siklus hara, 3) pendukung produksi primer dan 4) pendukung keanekaragaman hayati.

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *