Plh. Kepala Pusat Pusat Pengendalian Ekoregion Kalimantan Zulqurnain Daulay, S.IP., M.Si membuka secara resmi presentasi Hasil studi Karyasiswa dengan judul Assessing The Sustainability Of International Cooperation Project: Case of Korea – Indonesia Forest Recreation And Ecotourism Deveopment Project oleh Nur Syamsi Muhammad, S.Hut., M.Sc yang telah menyelesaikan studinya S2 di Yeungnam University di Korea, dalam rangka pengakuan gelar magister. Kegiatan ini berlangsung pada hari Kamis tanggal 22 Juli 2021 yang dilakukan secara daring melalui media zoom meeting dan secara laring di aula BDLHK yang diikuti oleh masing-masing perwakilan dari tiap unit kerja di lingkungan KLHK Wilayah kerja Kalimantan Timur.
Dari P3E Kalimantan, hadir Kepala Bidang Inventarisasi Daya Dukung dan Daya Tampung SDALH, Dr. Ade Soeharso, S.Hut,. M.Si., sebagai pembahas yang memberikan tanggapan atas presentasi yang disampaikan oleh saudara Nur Syamsi. Dalam kesempatan ini Dr. Ade menyampaikan bahwa basis–basis kehutanan di Indonesia perlu dibahas lebih dalam agar audience bisa mengenal background kondisi hutan sebagai gambaran kondisi terkini di Indonesia. Penyaji menyinggung keberadaan konsep Saemul Undong sebagai Gerakan pembaharuan yang dilakukan di korea dalam konservasi Kawasan hutannya. Sebagai pembanding, seharusnya disampaikan juga bahwa Indonesia sendiri telah memiliki kearifan lokal sebagai tatanan nilai yang dinamis responsif dalam pengelolaan hutan.
Selain sebagai produksi kayu, pemanfaatan hutan dapat dimaksimalkan dengan mengembangkan wisata berbasis alam. Kedepannya, ekowisata berpotensi menjadi salah satu potensi pemanfaatan hutan secara berkelanjutan.
‘‘Penelitian yang dilakukan di TWA G. Tunak dipilih atas dasar pertimbangan saran dari professor saya. Beliau menyampaikan ketersediaan data sekunder ada, karena yang bersangkutan adalah salah satu tim penyusun proyek di Tunak. Selain itu, penelitian ini juga dapat digunakan bahan evaluasi proyek yang ada. Kegiatan proyek di Tunak sendiri meliputi pengembangan infratruktur dan capacity building bagi berbagai stakeholder yang ada, terutama masyarakat lokal.
Oleh karena itu, melalui seminar ini saya berharap bahwa proyek forest recreation dan ecotourism di TWA Tunak dapat menjadi role model pengembangan kegiatan ekowisata berbasis masyarakat di Indonesia. Pelibatan masyarakat terbukti memberikan kontribusi ekonomi bagi masyarakat sekitar, dan meningkatkan kondisi Kawasan TWA G.Tunak’’, kata Nur Syamsi Muhammad S.Hut., M.Sc. dalam penyampaian materinya.
Sesi diskusi berlangsung menarik, dengan pertanyaan dari beberapa peserta diantaranya Luthfi Ramdani Yusuf, S.Hut., M.Eng dari P3E Kalimantan dan Pendik Afrian Firdianto, S.Hut.,MM,. serta Ir. Yanti Sofia, M.Si. dari BDLHK Samarinda. Nama terakhir mempertanyakan peluang pemerintah Korea dalam hal mendukung pengembangan KHDTK. Penyaji menjawab bahwa pada dasarnya banyak sekali peluang yang dapat dimanfaatkan. Salah satunya dari Asian Forest Cooperation Organization (AFOCO), setiap tahunnya memberikan pendanaan bagi negara-negara partner, termasuk Indonesia. Isu-isu terkini seperti local community empowerment, dan REDD+ menjadi prioritas, namun harus melaui Korea Indonesia Forest Centre (KIFC) sebagai Lembaga yang memfasilitasi Kerjasama kehutanan kedua negara.
Semoga melalui seminar ini, penyaji dapat mengimplementasikan ilmu yang telah didapatnya di wilayah kerja dan peningkatan kapasitas SDM dalam pelaksanaan ekowisata kawasan hutan yang berbasis masyarakat dengan kearifan lokal yang telah hadir di Indonesia dan menjadi transfer knowledge dari hasil penelitian.